Asiknya Memelihara Reptil

Posted by Denni Anggrianto | Posted in | Posted on 13.34

Sebagian orang akan menolak bila diminta memegang buaya, biawak, atau binatang reptil lainnya.
Mereka beranggapan hewan reptil menjijikkan, bahkan dapat membahayakan jiwa. Apalagi dalam dunia hiburan seperti film, hewan reptil, khususnya ular, sering digambarkan sebagai makhluk berkekuatan mistis.
Bagi sebagian orang lainnya, anggapan tersebut dinilai keliru. Meski ada hewan reptil yang berbahaya bagi manusia, jumlahnya relatif sedikit, seperti ular. Bahkan ular pun tidak semuanya berbahaya karena ular yang berbisa hanya sekitar 30 persen dari total spesies ular di dunia. Dari 30 persen ini pun, hanya 10 persen yang bisanya mematikan.
”Ular itu hewan yang sangat eksotik. Lihat saja kulitnya begitu indah. Tidak heran banyak orang memburu ular untuk diambil kulitnya. Tetapi, orang yang sayang pada ular tidak banyak,” kata Dri Gunawan (40), Ketua Ikatan Pencinta Reptil Jakarta (IPRJ), yang punya puluhan reptil dan rumahnya menjadi tempat penitipan reptil.
Gunawan bercerita, belum lama ini dia dipanggil pengelola sebuah apartemen di Jakarta Selatan. Pengelola tersebut meminta tolong karena ada ular berkeliaran di apartemen.
”Setelah saya datang, ternyata ular yang berkeliaran itu adalah ular atap yang besarnya cuma setelunjuk dan sama sekali tidak berbahaya,” katanya.
Oleh karena itulah, sebagai ”wakil” para pencinta reptil, Gunawan merasa kurangnya informasi tentang reptil pada masyarakat akan menyebabkan kepunahan pada reptil.
”Bagaimana tidak punah jika setiap kali ketemu reptil, orang langsung membunuhnya. Kalaupun ditangkap, reptil tidak diperlakukan sebagaimana mestinya dan lalu mati juga,” ujarnya.
Hal ini pun dengan cara yang berbeda dilakukan oleh sebagian dari mereka yang mengaku pencinta reptil. Mereka sesungguhnya tidak tahu bagaimana merawat hewan favoritnya itu.
”Masyarakat kita ini termasuk orang yang cinta tren. Jika memelihara iguana sedang menjadi tren, lalu berbondong-bondong orang memelihara iguana. Setelah iguana besar, mereka bingung bagaimana merawatnya? Akhirnya, iguana dibuang atau dititipkan ke kebun binatang,” tutur Gunawan.
Perkawinan ular
  • Melihat kurangnya informasi tentang reptil pada masyarakat, Gunawan bersama teman-temannya, seperti Norman Endrawan, Roy Genggam, Dadang Lesmana, Budi Dewanto, dan Tonny, kemudian menghidupkan lagi IPRJ yang lama vakum.
Kegiatan yang dilakukan komunitas pencinta reptil ini beragam. Mereka tidak sekadar bertukar informasi, tetapi juga memberi penyuluhan soal reptil, mengadakan pameran dan kontes reptil, berkemah sambil mempelajari reptil, bahkan mengadakan pesta perkawinan ular.
”Waktu itu kami ingin memperingati Hari Puspa dan Satwa di Taman Mini Indonesia Indah dengan sesuatu yang spesial. Akhirnya, kami mengadakan perkawinan ular dengan adat Betawi. Ada penghulu, ada serah-serahannya, ada rombongan rebana, pokoknya lengkap banget. Waktu itu yang dikawinkan adalah ular Reticulatus python peliharaan saya,” kata Gunawan yang berbesanan dengan temannya yang juga memelihara ular piton.
Memelihara hewan reptil sangat berbeda dengan hewan peliharaan yang umum, seperti kucing dan anjing. ”Keasyikan memelihara anjing atau kucing adalah membelai-belai mereka. Ini kebalikan dengan memelihara reptil karena reptil tidak senang dipegang. Jika sering dipegang, reptil justru stres,” kata Budi Dewanto.
Banyak keasyikan yang didapat orang dari memelihara reptil. Hal yang paling mengasyikkan adalah mengamati dan meneliti perkembangan reptil. ”Pengamatan yang dilakukan sejak reptil kecil, dewasa, lalu kawin, dan bertelur sangat mengasyikkan. Kita juga bisa mengamati bagaimana dia makan, berganti kulit, bereaksi pada sesuatu, dan sebagainya,” ujar Budi Dewanto.
Sayangnya, hingga kini, baik Budi dan Gunawan mengakui, mengembangbiakkan reptil masih sangat rendah tingkat keberhasilannya. ”Jangankan mengawinkan silang, mengawinkan sesama spesies reptil saja masih sulit. Kalaupun berhasil bertelur, telurnya sering tidak jadi anakan,” tutur Budi.
Perkembangbiakan reptil lebih mudah bila dilakukan lewat perkawinan sesama jenis. Misalnya kura-kura, bila sudah bertelur, kemungkinan untuk menjadi anakan lebih besar,” ujar Budi menambahkan.
Mengendalikan diri
  • Selain mengasyikkan, memelihara reptil ganas seperti ular berbisa dapat mengajarkan orang untuk menahan diri agar tetap tenang dan tak mudah panik.
”Jika kita tidak tenang menghadapi reptil ganas, kita tak bisa mengendalikan diri, itu justru berbahaya. Kita bisa dianggap justru mengancam dia, dan dia malah menyerang kita,” kata Budi yang juga memiliki koleksi beberapa jenis ular, kura-kura, penyu, kodok, tarantula, dan sebagainya.
Kalau Anda tertarik mengetahui lebih banyak soal reptil, tentu tak harus menjadi salah seorang pemelihara hewan reptil. Namun, kesempatan mendapatkan informasi dan mempelajari hewan reptil setidaknya bisa Anda dapatkan dari IPRJ.
Saat ini anggota IPRJ tercatat lebih dari 100 orang. Meski begitu, mereka masih resah. Pasalnya, sampai sekarang belum ada standardisasi memelihara hewan reptil. Di sisi lain, banyak pihak yang punya kaitan dengan hewan reptil. Karena itulah, kata mereka, kalau ada kerja sama antara IPRJ dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam, lembaga swadaya masyarakat, para pencinta reptil, para importir dan pihak lain yang berkaitan dengan reptil, standardisasi penanganan reptil bisa dibuat.
”Adanya standardisasi, berarti ada kampanye atau penyebaran informasi yang lebih luas kepada masyarakat. Kalau ini bisa dilakukan, kepunahan hewan reptil dapat dicegah,” kata Norman Endrawan yang senang memotret reptil.

Comments (0)

Posting Komentar